Minggu, 05 Juni 2011

2. Kompilasi Pantun Bencana, Musibah, Relawan, Religi, Nasehat Anak.

2. Kompilasi Pantun Bencana, Musibah, Relawan, Religi, Nasehat Anak.

    Oleh
    Hamdi Akhsan

My Family

PANTUN RENUNGAN MALAM.(7-10-2010)
Gugur-gugurlah lahar merapi,
jangan menimpa sawah dan ladang.
Jujur-jujurlah pada Ilahi,
jangan musibah kan menyesatkan.

Lahar merapi kuat menderu,
Debu yang panas ia muntahkan.
Didalam kitab sejak dahulu,
bencana itu bentuk hukuman.

Awan panas terlontar hebat,
ladang terbakar habislah padi.
Mari istighfar mari bertaubat,
sebelum yang lebih besar terjad

Kaum Nabi Nuh diazab banjir,
bumi di balik untuk kaum luth,
Semua akan segera berakhir,
pabila semua taubat bersujud.

Awan panas sudah dikata,
kaum nabi hud tersambar mati.
Bencana terjadi ditempat wisata,
dimana Agama tak dihormati.

Memancar lahar bumipun hangus,
harta yang ada tak guna lagi.
Belajarlah kepada kaum Yunus,
awan dipindah musibah pergi.

Terkena debu kulit terluka,
bercampur darah sakit dan kumal.
Bagaimana Allah tidak kan murka,
dalam musibah sibuk meramal.

Sibuklah orang pergi berobat,
dokter maksimal daya upaya.
Umat bukannya sibuk bertaubat,
tapi diskusi ramalan Jaya baya.

Debu yang panas terasa ngilu,
susah diobat memakai jamu.
Para pemimpin ingat selalu,
di Padang Mahsyar kita bertemu.

PANTUN UNTUK RELAWAN.(07-10-2010)
Gempa datang Tsunami melanda,
Ombak bergulung rumahpun hancur.
Semoga Tuhan lindungi anda,
atas kerja yang sangat luhur.

Bergolak hebat gunung merapi,
debu panasnya bakar yang ada.
Jagalah niat jagalah hati,
supaya amal berlipat ganda.

Gunung yang lain mulai geliat,
aktif serentak gunung berapi.
Malaikat akan terus mencatat,
diberi pahala tuk bekal nanti.

Tinggi ke awan gunung muria,
kinipun aktif mulai mengerang.
Relawan itu kerja mulia,
taruhkan jiwa menolong orang.

Krakatau juga mulai berubah,
laharnya bagai bubur membesi.
Moga relawan sabar dan tabah,
menghibur serta bantu pengungsi.

Beratnya efek debu merapi,
menutup tanah tersebar rata.
Berbuat baik kerja terpuji,
bantu sesama yang menderita.

PANTUN MUSIBAH.(6/11-2010)

Menjelang petang remanglah hari,
pulanglah orang menggarap lahan.
Musibah datang sabarkan diri,
itu pertanda disayang Tuhan.

Hujan gerimis dihari pagi,
'tuk pergi kerja jadi hambatan.
Jangan menangis ratapi diri,
susah dan senang dipergilirkan.

Gunung meletus Tsunami datang,
ratap terdengar disana-sini.
Supaya jiwa kuat menghadang.
rataplah doa dimalam sunyi.

Meletup puncak gunung merapi,
warior hancur kena air bah.
Hidup didunia akan berarti,
pabila serta bantu musibah.

Awan panas menjilat-jilat,
kian kemari orang berlari.
Lama hidup banyak dilihat,
baik yang senang ataupun ngeri.

Debu tutupi pandangan mata,
membuat subur tanah petani.
Hidup mulia selalu dipinta,
kalaulah hina suratan diri.

Lahar dingin tutupi tanah,
guguran jatuh sawahpun hilang.
hidup menolong tidaklah hina,
pahala tambah amal berbilang.

Kota jogja penuh berdebu,
segala tempat muramlah sudah.
musibah jadikan sebagai guru,
untuk hidup lebih berbenah.

Lahar dingin menghapus desa,
batas tanahpun jadi keliru.
Moga musibah menghapus dosa,
jadikan diri manusia baru.

PANTUN KEHIDUPAN.(6/10-2010)
Bulan redup buram cahaya,
fajar merekah sianglah hari.
Lama hidup banyak dirasa,
suka dan duka silih berganti.

Purnama datang malampun terang,
gembira ria anak bermain.
Rencana didepan banyak dirancang,
kadang takdir berkata lain.

Dalam air bah kuman menyebar,
jaga badan selalu sehatkan.
Dalam musibah kuatkan sabar,
dalam derita ingatlah Tuhan.

Gunung meletus orangpun panik,
jerit dan tangis dimana-mana,
Didalam hidup buatlah baik,
menangis orang kala berpisah.

PANTUN MALAM.(5/11-2010)
Air bah datang dikala pagi,
hanyutkan rumah juga tanaman.
Musibah datang silih berganti,
pertanda apa semua gerangan?

Roboh semua padi mendatar,
panen tersapu banjir lagi.
Moga semua menjadi sadar,
akan kuasa Ilahi Robbi.

PANTUN KERJA SIANG.(5/11-2010)
Bentuk-bentuklah si buah nangka,
janganlah bentuk memakai sayak.
Ngantuk-ngantuklah terserah mata,
jangan mengganggu kerja yang banyak.

Gimana mau kan tidur nyenyak,
minum kopi bergelas-gelas.
Gimana mau tidur sejenak,
sedang mengajar didepan kelas.

Jatuh membubur jambu kelutuk,
petiklah ia langsung dipohon.
Kurang tidur suka mengantuk,
usia diatas empatpuluh tahun.

PANTUN ULANG TAHUN(5/11-2010)
Seikat bunga mulai layu,
karena akarnya tinggal dirumpun.
Sahabat semua di segala penjuru,
kuucapkan selamat berulang tahun.

Indah merona dipandang mata,
bunga dahlia dalam serumpun.
Moga hidup makin bertaqwa,
karena usia berkurang setahun.

Rumput jepang disiram dalu,
jangan diinjak karena berduri.
Umur berkurang waktu berlalu,
semakin bijak dan mahas diri.

PANTUN RENUNGAN MALAM.(4/11-2010)
Selaksa lebah terbang bergilir,
di pohon buruk ia menetap.
Usia bertambah menuju akhir,
baik dan buruk akan dihisab

Serbuk sari ambil ditaman,
dibuat madu sudahlah pasti.
berhati-hati pertanda iman,
agar selamat di akhir nanti.

Mentari terbit di pagi hari,
Lebah jantan giat bekerja.
Mati yang sakit sudahlah pasti,
mari berdoa sebagai hamba.

PANTUN RELIGI PAGI (4/11-2010)
Hujan pagi basahi bumi,
petani senang padi pun subur.
Harapan dihati selalu bersemi,
asalkan hidup selalu bersyukur

Reduplah mata dimalam hari,
kantuk yang datang segera tidurkan.
Hidup mulia selalu dicari,
jalan yang halal dipertahankan.

Berenang basah dipagi hari,
janganlah lama kan kedinginan.
Senang susah silih berganti,
didalam hidup hanya mainan.

Asam gelugur rasanya sepat,
tak apa jua kalau sedikit.
Hidup bersyukur didalam sehat,
sabar dijunjung tatkala sakit.

Hendak gugur,gugurlah buah,
berganti bunga batang kuini.
Hendak subur,suburlah sawah,
bahagia hati para petani.

PANTUN MALAM,(3/11-2010)
Hendak gugur,gugurlah kelapa,
jangan menimpa buah mengkudu.
Hendak tidur,tidurlah mata,
jangan mengenang masa yang lalu.

Hendak patah,patahlah sinta,
Jangan menimpa susunan kursi.
Hendak kerja,kerjalah anda,
janganlah anak dan istri.

Hendak terbang,terbanglah nuri,
jangan mengajak anak tekukur.
Hendak senang,senanglah diri,
janganlah lupa banyak bersyukur.

Hendak jalang,jalanglah rusa,
jangan mengganggu kijang yang nyaman.
Hendak hilang,hilanglah rasa,
jangan mengganggu kuatnya iman.

Hendak lari,larilah kuda,
jangan takuti sambaran elang.
Hendak pergi,pergilah dinda,
jangan tangisi cinta yang hilang.

Hendak terbang,terbanglah puyuh,
janganlah lupa pulang ke sarang.
Hendak pulang-pulanglah tubuh,
janganlah lupa hati yang riang.

PANTUN RABU PAGI(3/11-2010)
Hendak patah,patahlah dahan,
jangan menimpa buah pepaya.
Hendak kerja,kerjalah badan,
janganlah lupa awali doa.

Hendak merah,merahlah buah,
janganlah sampai jatuh dan hancur.
Hendak bicara,bicaralah kita,
janganlah lupa budi bertutur.

Hendak rubuh,rubuhlah karang,
janganlah sampai hanyutkan rakit.
Hendak suruh,suruhlah orang,
jagalah agar hati tak sakit.

Bismillah awal pembuka kata,
hendaklah baca setiap pagi.
Doa dipanjat rezeki dipinta,
supaya kita hidup tak rugi.

Hendak menenun,tenunlah perca,
tapi janganlah salah menjirat.
Hendak berpantun,berpantun kita,
kerja yang baik tetap dibuat.

Jembatan roboh jalanpun putus,
tepian karam nelayan luka.
Jauhi sifat culas dan rakus,
rezeki haram bawa petaka.

PANTUN PENUTUP MALAM(3/11-2010)
Pergi mengaji ke sungai Dareh,
Mengaji tulus hafallah Quran.
Pergi pagi berangkat sore,
Mencari nafkah tuk kehidupan.

Balik ke kampung senanglah hati,
membaca khutbah saat lebaran.
Berbolak-balik sepanjang hari,
badan yang rapuh telah gemetaran.

Baju putih celanapun putih,
itu perlambang tuk kesucian.
Mata telah letih badanpun letih,
hamba bermohon ke peraduan.

PANTUN NASEHAT PAGI(2-11/2010)
Angin menderu badaipun datang,
paniklah orang pergi berlari.
Laku yang baik orang kan senang,
laku yang buruk rugikan diri.

berderap suara yang menakutkan,
derunya badai tiada dinyana.
Berharap harta membahagiakan,
ternyata hanya fatamorgana.

Orang lahat pergi berdagang,
pulang sore berangkat pagi.
Amal yang baik buat terpandang,
kerja yang salah rugi sendiri.

hilanglah harap hasil yang lebat.
ladang terbakar habislah padi.
Mari istighfar mari bertaubat,
sebelum yang lebih besar terjadi.

Pecahlah kapal ditengah bahari,
susahlah hati para nelayan.
Nafkah keluarga selalu dicari,
yang halal tetap diutamak.

Badai yang hebat seperti kiamat,
takut mencekat di perasaan.
Kala bersama beri manfaat,
saat berpisah bawa tangisan.

Berakhir badai takut berlalu,
nelayan pulang diakhir pekan.
Zikir yang ma'tsur dibaca selalu,
jiwa yang tenang kan didapatkan.

PANTUN SENIN PAGI(1/11-2010)

Rumpun halia diambil umbi,
dibuat bumbu pencampur makan.
Hidup mulia selalu dicari,
akherat juga yang diutamakan.

Buah pala obat penenang,
sehabis minum tertidur lelap.
Setelah bekerja hati kan tenang,
dunia cari akherat siap.

Orang ogan membawa rakit,
ke kertapati darilah hulu.
Senang menjadi temannya sakit,
sudah abadi sejak dahulu.

Coklat ditanam orang pelosok,
buahnya tumbuh di batang pohon.
Akherat bagai kan mati besok,
dunia bagai seribu tahun.

Akasia banyak berbuah,
berbeda dengan si pohon jati.
Kalau usia beranjak tua,
sakit dan sehat silih berganti.

Dilalap enak daun kenikir,
hilanglah sudah bau badannya.
Hidup didunia bagai musafir,
akherat juga tempat akhirnya.

Daun kemangi untuk lalapan,
dimakan mentah jangan dipati.
Jalani hidup sedikit beban,
agar tak berat saat kembali.

Si jahe merah bahannya jamu,
rasanya pedas hangat badannya.
Semasa muda carilah ilmu,
setelah tua petik hasilnya.

Tanam lada bikin lanjaran,
kalau tak kuat lanjarnya miring.
Prinsip dijaga dalam berteman,
jangan menohok kawan seiring.

Kuah yang pekat rasanya tawar,
berilah garam supaya asin.
Sodaqoh wajib zakat dibayar,
sodaqoh sunnat tuk fakir miskin.

Bakaran bawal dioles kurma,
terasa sedap rasa masakan.
Sholat diawal memang utama,
tetapi sering kita lalaikan.

Inderalaya,14 November 2010
Al Faqir


Hamdi Akhsan

1. Kompilasi Pantun Religi, Perjalanan, Patah Hati, Pendidikan

1. Kompilasi Pantun Religi, Perjalanan, Patah Hati, Pendidikan

      Oleh
      Hamdi Akhsan

Pantun Religi Sore
Gerimis turun dinginlah hari,
bumipun basah tanaman subur.
Berharap umur kan diberkati,
modal hadapi gelapnya kubur.

Getirnya hidup si anak yatim,
berada harta mari infaqkan.
Takdirnya hidup bagaikan musim,
susah dan senang dipergilirkan.


Nelayan mendayung diatas perahu,
ke arah hulu tujuan mudik.
Hari didepan siapa yang tahu,
banyak-banyaklah berbuat baik.

Ke Arah hulu mudik sehari,
jalanan jelek diperhatikan.
Bahagia karena banyak memberi,
terasa indah dan menyejukkan.

Berkata pelan si putri ayu,
seperti sedang terkena sakit.
Pepatah kita orang melayu,
seperti kacang lupakan kulit.

Pantun Perjalanan
Cangkok belimbing pakailah sabut,
akarnya muncul dahan ditebang.
Menembus dingin membelah kabut,
pergi berangkat ke Muara Pinang.

Cangkok ditanam berilah pupuk,
dengan dipupuk suburlah ia.
Niat ditanam ikhlas dipupuk,
moga berbuah amal mulia.

Sehatkan bibit daun dibuang,
akarnya kuat hiduplah ia.
Selamat pergi selamat pulang,
silaturahmi tersambung pula.

Bunga selasih bercabang dua,
mekarnya indah tersiram hujan.
Terima kasih dikirim doa,
moga selamat sampai tujuan.

Buah keluwih ambil jatuhkan,
dipupuk ia bunganya lebat.
Terima kasih saya ucapkan,
moga begitu juga sahabat.

Berbuah lebat batang disunat,
tusukkan paku kulit dirajah.
Doa dipanjat agar selamat,
pulang dan pergi dalam inayah. …(inayah=perlindungan)


Pantun Tutor UT
Bersihkan kotor sapulah tanah,
ambil dan buang sampah terserak.
Menjadi tutor itu amanah,
sambil menambah saudara sanak.

Sampah organik bakarlah api,
pisahkan dulu bahan yang keras.
Betapa senang rasanya hati,
dapat mahasiswa yang cerdas-cerdas.


Muara pinang jauh di barat,
dekat dengan batas bengkulu.
berharap ilmu diberi berkat,
siapkan diri maksimal dulu.

Rengas ditanam dekat halia,
rimbunlah ia seperti semak.
Tugas mengajar itu mulia,
menebar ilmu mendidik anak.

Di Malam hari kokok beruga,
itu pertanda telah lewat dalu.
Tak tahu gimana periode tiga,
dipanggil atau istirahat dulu.

Akar dipakai sebagai tali,
untuk mengikat cara di ulu.
Karena tutor tak mau beli,
lapak mamang tutup dahulu.


Jatuh dibidik jambu kelutuk,
terhempas pecah makan tak bisa.
Jiwa mendidik harus dibentuk,
menjadi cerdas anak bangsa.

Tiada terduga bukit telah reban,
tanahnya longsong bumi merekah.
Dalam keluarga ada kewajiban,
ayah sebagai pencari nafkah.

Jalan yang baik aspalnya mulus,
rusakpun dikit memang adanya.
Guru yang baik sayangnya tulus,
marah juga pun pada tempatnya.

Pantun Jumat
Lama tak pergi tumbuh ilalang,
diselang pula rumput berduri.
Malam pergi siang menjelang,
berkurang hidup hamba sehari.

Sampai ke huma pergi ke dangau,
dindingnya lepas diterpa angin.
Lamanya hidup bagai dirantau,
rindukan pulang dikala ingin.

Suburnya pada sudah berubah,
rumputpun tumbuh malang-melintang.
Jiwa diasah amal ditambah,
menyambut maut yang pasti datang.


Bakau dibuat si tikar purun,
disebut orang juga kelasa.
Iman didada yang naik turun,
tapi tak boleh berputus asa.

Pantun Jenaka Siang
Betapa enak pindang bawal,
dimakan panas tengah dalu.
Makan tak enak perut pun mual,
entah mengapa diri tak tahu.

Pindang dimasak sampai mendidih,
buanglah dahulu hati empedu.
Beban berat jiwapun sedih,
kemana lagi harus mengadu.

dihirup enak pindang patinnya,
ambillah sedikit terus disantap.
Berharap usia akan berguna,
dipanggil cepat haruslah siap.

Ikan melekat ditengah arat,
diambil malam ikannya mati.
bukan karena kurang istirahat,
tapi memang sakit hati.

Ikan selontok enak dimakan,
dipepes dengan daun talas.
Itulah sulit tuk diamalkan,
dapat kecewa belum ikhlas.


Ikan belida dimasak pati,
jangan dibuang enak kuahnya.
Hilang selera bukanlah letih,
tapi sedang gundah gulana.

Ikan asap dimasak pati,
lama dimasak lembut dagingnya.
Begadang bukan tiada arti,
tapi karena tuntutan kerja.

Tertusuk duri patah didalam,
sulit dicari perih terasa.
Wahai Ilahi Semesta Alam,
ampuni hamba segala dosa.

Duri dicongkel dengan peniti,
dalamnya luka membuat radang.
Diri yang sering lupakan mati,
merasa akan berumur panjang.

Agar lukanya tidak bernanah.
Obati ia dengan betadin.
Agar selamat dialam sana,
berilah hamba iman dan yakin.

Obati luka jadilah sehat,
tanggung berobat sakitkan raga.
Ibadah kuat bukan tak dapat,
tapi dunia menggoda juga.

Bengkaklah bekas duri yang patah,
kalaulah sakit segera obatkan.
Istiqamah memang mudah di kata,
betapa sulit tuk diamalkan.

Membalut luka berhati-hati,
ikat lukanya janganlah kuat.
Dalam hidup silih berganti,
ada maksiat dan juga taat.

Obati sakit haruslah sabar,
kalaulah tidak sakit bertambah.
Iman yang baik diiring sadar,
rajin selalu mengulang taubah.

Pantun Patah Hati
Patah-patahlah si unjar kacang,
jangan menimpa sarang seriti.
Hati patah jiwa tergoncang,
sedu dan sedan hancurkan hati.

Gatal-gatallah kena jelatang,
janganlah sampai sakitkan diri.
Berharap panas sampai ke petang,
ternyata hujan di tengah hari.

Hati-hatilah menebang leban,
jangan menimpa si pohon jati.
batin terasa remuk redam,
Hati yang luka dibawa mati.

Betapa dalam sungai dihulu,
kayuh perahu berhati-hati.
Betap dalam terasa pilu,
menghujam dalam hancurkan hati.

Cincin perak dipakai indah,
pasanglah dengan hati-hati.
Cinta sesaat berakhir sudah,
cinta sejati dibawa mati.

Bukannya sirih nempel dibatang,
tapi tersiram si embun pagi.
Bukan kekasih dilamar orang,
tapi tak bisa bertemu lagi.

tumbuh jelatang didekat sumur,
tersenggol badan gatallah ia.
cinta yang datang tak tentu umur,
tak tahu muda ataupun tua.

Gelugur jatuh silah dihitung,
tanamlah ia didalam taman.
Hancur hati gugurlah jantung,
karena lama cinta ditanam.

cucilah karat ada di satin,
kalau tak bersih jangan dilipat.
Itulah berat himpitan batin,
sakit terasa bagai tersayat.

Patahlah sudah si pohon jati,
sinar ke tanah tak lagi redup.
Katakan saja rasa dihati,
agar tak sesal didalam hidup.

Jatuh-jatuhlah daun bidara,
jangan menimpa sarang merpati.
sungguh bagus pantun saudara,
membawa sinar ke dalam hati.

Bagaimana kita nak beli kain,
kalaulah belum berpanen padi.
Bagaimana nak petik bunga lain,
diri yang tua tak laku lagi.

Bukan mimpi datang ke bulan,
tapi berjalan di tengah kali.
Bukan mimpi bukan hayalan,
diri terbanting sakit sekali.

Kaos dibuat berbahan kain,
kain dijual pembeli bayam.
Karena susah untuk kawin,
banyak yang jadi bujang ayam.

Sekarang mahal harga kelengkeng,
beli sekilo habis dimakan.
Sekarang tak ada lagi terongkeng,
lagu kaos lampu dah tak relevan.

siamang tua diam membisu,
menangis pelan tersedu sedan.
Memang itulah hakekat nafsu,
kalau diturut hancurlah badan.

Masak selasih janganlah pagi,
pagi pakailah daun pandan.
Kalau kekasih telah pergi,
rasa dirampas nyawa di badan.

Al Faqir

Hamdi Akhsan