Selasa, 08 Februari 2011

17p. Pantun Malam (8/2/2011)

17p. Pantun Malam (8/2/2011)


12971707302132987685

I
Ubi ditetak, biarlah tetak,
dimasak juga hilang getirnya.
Hati yang retak,biarlah retak,
sesak didada ada akhirnya.

Nyiur diparut,biarlah parut,
diperah dapat santan yang kental.
umur yang lanjut,biarlah lanjut.
semoga dapat surga yang kekal.

Labu dibelah,silah dibelah,
ditetak kecil dibuat bubur.
Kalbu yang luka biarlah luka,
kelak berakhir kala dikubur.

II
Peti yang biru,biarlah biru,
kalaulah apkir dibuang jua.
Hati yang pilu,biarlah pilu.
kalaulah taqdir tak jumpa jua.

Dibelah buluh,tetaplah buluh,
walau sedikit tetap bermiang.
Dia yang jauh,tetaplah jauh,
walaupun pahit silah dikenang.

Belah rumbia, tetap rumbia,
walaupun ilalang bisa gantikan.
Dia didamba, tetaplah damba.
walaupun nyawa berpisah badan.

III
Hendak sapih, sapihlah bayi,
tetapi sayang jangan lalaikan.
Hendak sedih,sedihlah hati,
tetapi malang jangan ratapkan.

Hendak curah,curahlah padi,
rumput sedikit tetap bersihkan.
Hendak pasrah,pasrahlah diri,
hidup yang baik tetap jalankan.

Gugur-gugurlah wahai sang nangka,
tetap selada jangan patahkan.
Tidur-tidurlah wahai sang mata,
tetap Ilahi jiwa pasrahkan.

Al Faqir


Hamdi Akhsan

Senin, 07 Februari 2011

16p. Pantun-pantun untuk anak

16p. Pantun-pantun untuk anak





1

Bakau rimbun dipantai bisu,
hutannya gelap pakai lentera.
Kau adalah si putra bungsu,
jiwamu halus bagaikan sutra.

Bujang komering di tanjung lubuk,
menjual beras dengan pepaya.
Janganlah sering engkau merajuk,
membuat terkuras airmata ayah.

Menyapu kapal kerani cuti,
pegawai baru merasa payah.
Mengapa hafalan quranmu berhenti?,
padahal bakatmu melebihi ayah.

Jatilan seninya org jawa,
tinggalan sejak zaman kiwari.
Jadilah ananda penghibur tawa,
karena hanya engkau sendiri.

Menanam padi mulai dihulu,
jaraknya dekat diukur jari.
Nasehat kami orang dahulu,
patut dituntut dipelajari..

Datang bertamu haruslah santun,
selingi bahasa dengan kelakar.
Belajar ilmu haruslah tekun,
seperti orang menganyam tikar.

Sawi ditanam dengan sejajar,
dipetik dimasak santan kelapa.
Selagi kecil banyak belajar,
setelah dewasa mendapat upah.

2
Kuini dijual jauh kepasar,
subuh dibawa bersama paria.
Kini tubuhmu tinggi besar,
tumbuh perkasa menjadi pria.

Keladi dimakan kuah dihirup,
dicampur asam daun kedondong.
Jadikan pakaian selama hidup,
rendahkan hati jauhi sombong.

Kabar datang dari sang ratu,
pangeran pergi bawa bungkusan.
Kuberi engkau namamu yang itu,
didalamnya bicara keperkasaan.

Krakatau berada di selat sunda,
perkasa bagai sang kamandanu.
Engkau adalah lelaki ayahanda,
pelindung ayunda serta adikmu.

Jelata menempel didalam baki,
bersih disapu si anak dara.
Jadilah engkau anak lelaki,
gagah dan tegar hadapi samodra.

Gajah dipakai angkut ilalang,
diam menekur didepan roda.
Gagahlah engkau seperti elang,
tajam cakarnya bagai garuda.

Ikan selimang besar empedu,
enak dimakan sedikit tulang.
Kecil kutimang besar kurindu,
mengapa engkau tak pulang-pulang?

Belajar harus kuat dan tahan,
Itu nasehat diulang umi
.Berani jujur akui kesalahan,
itulah sifat yang dikagumi.

3
Selendang kecil di atas meja,
dipakai menari putri nurlela.
Selagi kecil engkau kumanja,
setelah besar engkau kubela.

Dendang bertalu terdengar apik,
ditabuh oleh pujangga india.
Dengarlah selalu nasehat yang baik,
agar hidupmu kelak bahagia.

Petani bersawah memakai bajak,
tajam mngkilap bagai belidang.
Ingatlh nasehat orang bijak,
tajamnya lidah bagaikan pedang.

Menjangan putih bersedih rasa,
sakit digigit si kumbang jati.
Janganlah mudah berputus asa,
jadilah ananda petarung sejati.

Angsa berharap ke angkasa,
memohon elang mau membantu.
Dimasa kecilmu ayah perkasa,
sekarang lemah dimakan waktu.

Pahlawan Aceh TuankuTambusay,
tekadkan usir para penjajah.
hari-hari ayah telah usai,
karena engkau semangat membaja.

Serunting Sakti pntang ditantang,
ucapnya makbul bagai pandita.
Kubanting tulang pagi dan petang,
untuk skolah anakku tercinta.

Belukar lebat rumput sikejut,
hati-hatilah terkena duri..
Jagalah quran dan sholat tahajjud,
agar Allah selalu lindungi .

Bulan muda redup cahaya,
tersimpan dibalik awan nan putih.,
ke pinggir danau ia tertatih.
Jadilah ananda kebanggaan ayah,
ketika tulangku telah memutih...

Purun dianyam dibuat kopiyah,
indah membentuk naga.
Pantun ini wasiat ayah,
agar kebaikanmu selalu terjaga.

4
ANAKKU
Jembatan patah tiang tertancap,
patah semua tidak berselang.
Jagalah lidah dalam berucap,
lidah itu tidak bertulang.

Ke laut sore pulangnya dalu,
nelayan parkir di tepi banda.
Kalau sore pulanglah dulu,
nanti khawatir ayah

Mabuk terpukau si putri ulu,
melihat pangeran dari seberang.
Mandilah engkau bersih dahulu,
barulah kemesjid pergi sembahyang.

Sang raja pulang dari haji,
Sosoknya gagah sinar cemerlang.
Setelah selesai ananda mengaji,
Segeralah pula beranjak pulang.

5
ADAB MAKAN.
Bidar dituntun ke perlombaan,
serempak kayuh senada.
Belajar santun diwaktu makan,
jangan berkecipak mulut ananda.

Amran Daulay datang bertamu,
jual tembakau dijepit bilah.
Ambillah gulai yang didekatmu,
jangan menjangkau wadah sebelah.

Sebutir rukam bagi berdua,
sebuah mangga bagi dibelah.
Sebelum makan bacalah do'a,
setelah makan baca hamdalah.

Burung pungguk memandang bulan,
meratap sedih berkepanjangan.
Kasih anak sepanjang jalan,
kasih ibu sepanjang zaman.

6
ANAKKU
Danau watu di tanah Sumbawa,
pengap belerang ikannya mati.
Duhai anakku permata ayah,
penyedap mata pelipur hati.

 Elang terbang bangau sekedup,
ke danau dia pergi berlabuh.
Engkau tempat sandarkan hidup,
ketika tulang sudah rapuh.

Cahaya langit memancar kilat kilat,
disusul oleh petir beruntun.
Carilah ilmu rajinlah sholat,
agar hidumu selalu dituntun

Hari-hari penuh sejarah,
dalam hidup para pendekar.
Hati-hatilah dalam melangkah,
engkau bagaikan si bunga mekar.

Biasan pancing harus diramu,
dipasang kucur pancing tenggelam.
Biasakanlah dalam hidupmu,
Kurangi tidur dan bangun malam.


7
 ANAKKU.
Berkelok jalan ke gunung jati,
lurus jalan ke tangsi lontar.
Bernama anak harus berbakti,
agar hidup tidak terlantar.

 jauh bertandang ke semanding,
berteman bujang tanjung sari
jasa ayah bunda tidak sebanding,
berikan cinta sepanjang hari.

Belambangan dusunnya maju
dekat dusun kesambi rata.
Didalam hati tidak setuju,
tetaplah manis dipandang mata.

Semanding dusunnya indah,
tetangga dusun gunung liwat.
Selalu hidup dengan merendah,
Supaya tidak diatur syahwat.

Pergi kalangan ke ujan Mas,
singgah sebentar ke gunung kuripan.
Anak berbakti tak perlu cemas,
sepanjang hidup penuh harapan.

Tanjung kurung ada ditengah,
ditepi dusun sukarami.
Tersandung hidup terengah-engah,
Mohonlah doa ayah dan umi.

Sawah subur di Batanghari,
Duku dijual di nyiur sayak.
Selama hidup sepanjang hari,
carilah rezeki berkah dan layak.

Bertanam tebu di Suka merindu,
padang bindu dusunnya luas.
Budi sang ibu harus dirindu,
Setelah dewasa harus dibalas

Ayam dijual di panggal-panggal,
dibawa menuju dusun bedegung.
Anak durhaka patut dipenggal,
anak yang soleh harus disanjung.

Arang dibuat di keban Agung,
kujual murah di ulak pandan.
orang tua harus disanjung,
Ketika renta hadir dibadan.

Rumah beratap di Tubohan,
membeli rotan ke raksa jiwa.
Ratapi anak sedih tertahan,
memakan badan merusak jiwa

Orang Jawa di Guna Makmur,
Pecahan dari dusun Seleman.
Seakan jiwa terasa hancur,
kalau si anak jadi pereman.

Singapura bukan negara,
Kebunjati bukanlah hutan.
Selama hidup berhura-hura,
Setelah mati berteman setan.

Singgah didusun pengaringan,
Sebelum pergi ke panai makmur.
Urussan keluarga terasa ringan,
pabila ananda pandai bersyukur.

Membeli beras ke Banjar sari,
Untuk Sedekah di Pandan Dulang.
Berkah orangtua harus dicari
Sampai tubuh memutih tulang,

Tebing kampung desanya jauh,
ditempuh dengan berjalan kaki.
Jalani hidup jangan mengeluh,
untuk anakku sang laki-laki.

8
Bulan baru bersinar remang,
kelakar dusun di beranda.
Baru sebentar engkau ditimang,
kini kau hendak tinggalkan bunda.


Putri seruni mandi di hulu,
jaring ditebar putri menyelam.
Pesan umi ingat selalu,
jadikan bantal diwaktu malam.

jentera muncul menjelang sore,
indah tiada terlukis kata.
Jadilah engkau anak yang soleh,
permata hati penyedap mata

Jerapah merusak sarang tempua,
undur-undur lari terlunta.
jangan lupa panjatkan doa,
untuk ayah umi tercinta.

Jala terpasang fajar merekah,
datangnya pagi sebagai pertanda.
Jadilah anak pembawa berkah,
ketika ayah-umi telah tiada.


ILMU.
Mengambil tawas untuk beramu,
sadapan dikumpul dengan ditadah.
Gapailah dunia luas dengan ilmu,
raihlah akheratmu dengan ibadah.

Selayak terbang tinggi berliku,
berliku sampai jauh di huma.
Banyak-banyaklah membaca buku,
karena buku lah jendela dunia...

Jelatang tumbuh ditepi huma,
miangnya tajam gatal dikulit.
Jadikan ilmu sebagai darma,
agar hidupmu tidaklah sulit.

Burung manyar burung perenjak,
terbang tinggi ke hutan jati.
Belajarlah menjadi orang bijak,
karena ia penerang hati.

Orang ogan pergi mengarat,
penuh jaring dengan ikan sepat.
Utamakan belajar ilmu akherat,
pastilah dunia akan kau dapat.

Indah irama adik berpantun,
pantunsalah langsung diralat.
Ilmu tauhid jadikan penuntun,
ilmu syariat sebagai alat.

Nasehat kami orang dahulu,
diambil dari kisah sang kancil.
Bagai mengukir diatas batu,
menuntut ilmu dimasa kecil.

Ke kota jual kayu perepat,
dipakai untuk bikin gaharu.
Berkahnya ilmu akan kau dapat,
bila selalu hormati guru.

Al Faqir

Hamdi Akhsan

Jumat, 04 Februari 2011

15p. Kompilasi Pantun-Pantun Religi (1-5 Februari 2011)

        Oleh
        Hamdi Akhsan

I 
Ayam berkokok menjelang fajar,
Itu pertanda hari telah pagi.
Pabila esok telah sampai qadar,
jadikan madah sebagai pengganti.

Burung elang bukan ababil,
tapi raja angkasa gagah.
Tua berpulang muda diambil,
takdir Ilahi tak bisa duga.

Hendak gugur,gugurlah nangka,
jangan menimpa bunga melati.
Hendak tidur,tidurlah mata,
jangan terbawa perih dihati.

II
Sendi belikat temu belikat,
tulang patah sambunglah lagi.
Hari jumat bertemu jumat,
berkurang usia tujuh hari.

Sendi ngilu karena patah,
terasa perih walau dibalut.
Hari berlalu tanpa terasa,
rambut putih kulit keriput.

Tak lama ngilu kalau terkilir,
balsem yang baik mari borehkan.
Pertanda waktu hampir berakhir,
amal yang baik mari tingkatkan.

III
Jati yang teduh biarlah teduh,
kelak kan datang burung kesana.
Hati yang rapuh biarlah rapuh,
kelak kan datang masa bahagia.

Bata dihuma biar dihuma,
kalau dibawa cukup sedikit.
Jiwa merana jangan merana,
kalau dibiar badan kan sakit.

Gugur-gugurlah si pisang raja,
jangan menimpa si buah waluh.
Tidur-tidurlah wahai sang mata,
jangan derita selalu mengeluh.

IV
Buat kenikir dilalap mentah,
Rasanya sadah sedikit getir.
Rakyat Mesir sudah menderita,
Moga semua segera berakhir.

Yang berpati disayur bisa,
yang diparut bukannya ikan.
Yang mati itu rakyat biasa,
yang bunuh pendemo bayaran.

Sisa manggar silah dikirim.
ikatlah tali supaya erat.
Moga sadar pemimpin zalim,
akherat kelak disiksa hebat.

V
Angin melanda jatuh sendayang,
ambillah satu rautlah lidi.
Bangunlah segera anakku sayang,
ambillah wudhu hadap Ilahi.

Buah coklat diambil mengkal,
untuk diramu jemur seharu.
Jagalah sholat jangan tertinggal,
agar hidupmu kan diberkati.

Manggis diunduh bertambah subur,
dipagar bambu dihari rabu.
Sehabis subuh janganlah tidur,
agar tubuhmu sehat selalu.

VI

Hujan pagi runtuhkan jurang,
tertutup sudah ladang dan sawah.
Hari berganti umur berkurang,
pada-Mu jua bermohon hamba.

Hendak ke ladang hujan mengguyur,
kenalah badan bekalpun basah.
Hendak panjang,panjanglah umur,
kalau tak iman perbanyak dosa.

Angin deras pohonpun rubuh,
terhambur pula dahan sendayang.
Ingin menderas,deraslah subuh,
hati kan lapang di hari siang.

VII
Bakinya berat tumpahlah agar,
untunglah ada sisa irisan.
Rezeki diharap bala dihindar,
itulah doa sebagai insan.

Sarapan pagi piringnya dua,
belah sedikit jangan dibuang.
Harapan tinggi beriring doa,
pabila nasib tidak kan hilang.

Ikat melati dalam jambangan,
indah dipandang harum baunya.
Selamat hati selamat badan,
itu harapan hidup didunia.

Al Faqiir

Hamdi Akhsan